Minggu, 09 Agustus 2009

Pengusaha Bus Songsong Lebaran (2-Habis)

"Suatu Saat Kami Tak Bisa Beli Ban..."


DI GARASI: Puluhan bus Santoso terpaksa dikandangkan di garasi. Penyebabnya adalah melambungnya harga solar serta penumpang yang sepi (57v). - SM/Doddy Ardjono


DUA atau tiga bulan lagi diprediksi akan banyak perusahaan bus yang gulung tikar. Ini terjadi jika dalam kurun waktu itu tidak ada penurunan harga solar. Sebab, dengan harga saat ini -Rp 4.300/liter- mengakibatkan biaya operasional bus sangat besar. Padahal dampak dari kenaikan harga BBM, jumlah penumpang menurun banyak.

''Kami hidup dari para penumpang. Jika mereka yang naik bus sedikit, bagaimana kami bisa mendapat untung. Suatu saat pasti kami tidak akan bisa membeli ban, oli, dan suku cadang lain serta kemudian bangkrut,'' tutur Kartika, salah seorang pengelola PO Santoso Magelang, Rabu lalu.

Menurut penuturannya, sejak pemerintah menaikan harga BBM per 1 Oktober lalu, PO Santoso mengurangi jumlah bus yang beroperasi. Lebih dari 30% dari 104 bus tidak jalan karena biaya operasionalnya tinggi. Jika di terminal sepi penumpang, lebih baik pulang ke garasi.

Perusahaan otobus itu selain melayani jalur angkutan reguler Yogyakarta-Semarang, Semarang-Purwokerto, dan lain-lain, juga menyediakan bus malam untuk jurusan Jakarta dan kota-kota lain. Jumlah bus malam 57 buah. Sebelum harga BBM naik, setiap hari memberangkatkan 44 buah.

Yang berangkat dari Jakarta dan kota-kota lain 22 bus. Sementara itu, yang diberangkatkan dari Magelang dan daerah lain di Jateng juga 22 bus. Sisanya sebagai bus cadangan. ''Saat ini yang jalan hanya 8-9 bus setiap hari. Penyebabnya, jumlah penumpang yang bepergian juga berkurang banyak,'' ujarnya.

Dari 47 bus reguler, yang tidak berangkat sekitar 30%. Sopir sudah tahu, bila saat masuk terminal dan melihat penumpangnya sepi langsung masuk ke garasi. Tidak berani spekulasi mencari penumpang di jalan. ''Saat ini, sopir bawa pulang Rp 10.000 - Rp 20.000 sudah baik,'' ujar Kartika.

Sebelum harga BBM naik, rata-rata bus reguler melayani empat rit/hari sedangkan saat ini hanya bisa dua rit. Jumlah setorannya juga menurun. Bila sebelumnya satu rit Rp 300.000 - Rp 400.000, sekarang hanya antara Rp 150.000 - Rp 200.000. Padahal, biaya solar untuk empat rit saat ini Rp 900.000.

''Sejak 1 Oktober hingga sekarang tidak ada satu pun bus yang memenuhi setoran setiap hari.''

Jika kerugian tidak tertutup dengan limpahan jumlah penumpang saat Lebaran nanti, Kartika tidak berani memprediksinya. ''Keinginan kami ya seperti itu tetapi apakah bisa.'' Berdasarkan pengalaman, biasanya untuk arus balik Lebaran dari Magelang sekarang sudah banyak yang pesan. Sementara itu, lonjakannya nanti terjadi pada H+2. Dahulu, hari-hari menjelang Idul Fitri yang memesan tiket arus balik sudah ratusan. Sekarang, baru beberapa orang.

Saat ditanya, berapa bus yang akan diberangkatkan ke Jakarta, Kartika belum bisa menjawabnya pasti. ''Semua bus sudah dipersiapkan. Soal berapa yang berangkat harus melihat banyak sedikitnya penumpang,'' ujarnya sambil menyebutkan, tahun ini jumlah penumpang arus mudik diperkirakan turun.

Mengenai harga tiket, Kartika menyatakan melihat pasar karena pemerintah hanya memberi patokan batas atas dan batas bawah. Jika permintaannya banyak tentu harga naik sehingga yang terjadi sebaliknya, terpaksa harga diturunkan. ''Normal tidaknya angkutan pada masa datang sangat tergantung pada keputusan Pak SBY tentang harga BBM,'' tandasnya. (Doddy Ardjono-14j)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar